Jerawat merupakan kelainan kulit yang dikenal dengan acne vulgaris. Biasanya jerawat menyerang mereka yang memasuki masa puber, atau remaja. Pada masa itu terjadi perubahan hormonal yang merangsang kelenjar minyak pada kulit. Kelenjar tadi akan membesar dan menghasilkan minyak yang lebih banyak. Minyak ini dialirkan ke folikel rambut, yaitu bangunan yang membentuk kantung mengelilingi akar rambut, lalu dikeluarkan ke permukaan kulit lewat pori-pori kulit.
Pada kondisi tertentu pori-pori kulit ini tertutup sehingga minyak menumpuk di kantung itu. Sumbatan ini bisa terinfeksi kuman yang hidup di sekitar folikel sehingga menimbulkan peradangan, bengkak dan pernanahan. Sebanyak 80 persen permasalahan kulit ini menimpa mereka di usia dewasa muda. Meski begitu, mereka yang berusia lanjut pun tak terhindar dari masalahan ini.
Tak hanya karena persoalan hormonal, masalah jerawat terkait dengan gangguan di sekitar folikel rambut (keratinisasi), dan juga bakteri. Menurut dr I Ketut Sukarata SpKK dari bagian penyakit kulit dan kelamin FKUI/RSUPN-Cipto Mangunkusumo, penyebab jerawat pada tiap orang berbeda-beda. "Hanya saja, yang jelas memang dari tiga faktor penyebab tadi," ujarnya ketika dihubungi di Jakarta, akhir pekan lalu. Selain itu, lanjut Sukarata, ada faktor pendukung lainnya yang memicu munculnya jerawat. Faktor lainnya adalah stres, makanan, dan pola hidup.
Jerawat, lanjutnya, biasa terjadi pada bagian-bagian kulit yang mengandung kelebihan minyak. Bagian-bagian tubuh yang subur ditumbuhi jerawat antara lain permukaan kulit di wajah, leher, lengan bagian atas, punggung atas, kulit kepala, dan dada atas. Menurut pakar kulit Dr Titi Moertolo, tingkat keparahan jerawat beragam. Itu tergantung pada kondisi kulit penderita dan faktor pendukung lainnya. Skala keparahannya mulai dari ringan, hingga ke parah, dari jaringan epidermis hingga ke dermis.
"Soal jerawat, memang banyak juga dari risiko keturunan. Ini berkaitan erat dengan produksi minyak dari kelenjar minyak di kulitnya. Jadi, bila orang tuanya berjerawat, anak-anaknya pun pada usia puber juga kena," sambungnya.
Gen bakteri
Para peneliti dari Universitas Georg-August di Gottingen, Jerman, seperti dilaporkan bbc.co.uk, menemukan gen bakteri yang menyerang dan merusak komponen jaringan kulit manusia. Penemuan gen bakteri ini bisa membantu menjawab berbagai pertanyaan seputar penyebab jerawat.
Penelitian tersebut berhasil memecah kode genetik dari bakteri yang terlibat dalam jerawat. Ini membuka pintu gerbang baru untuk pengobatan jerawat dengan lebih tepat. Memang ada banyak faktor penyebab jerawat dan pemicu peradangan pada kulit. Maka, mengetahui bakteri penyebabnya justru memberikan nilai tambah dalam penemuan obatnya.
"Kami berusaha melihat seberapa banyak gen yang terlibat dalam degradasi jaringan kulit," papar pimpinan tim peneliti tersebut, Holger Bruggeman di Jerman, beberapa waktu lalu. Bakteri yang menjadi biang keladi dari jerawat dikenal dengan nama Propionibacterium acnes (P-acnes). Bakteri ini ditemukan pada permukaan kulit orang dewasa yang berkaitan erat dalam masalah jerawat ini. Walaupun ditemukan di permukaan kulit, bakteri ini hidup di dalam kelenjar dan sekresi minyak hingga di dalam folikel rambut.
Tim peneliti Jerman itu mengidentifikasi 2.333 unit gen. Sejumlah gen menjelaskan cara bakteri P-acnes memicu munculnya jerawat. Mereka juga menemukan jejak-jejak enzim dari bakteri itu yang menghancurkan kulit. Bakteri ini, kata Bruggeman, meninggalkan produk-produk enzimnya di kulit sehingga menyebabkan degradasi di jaringan tersebut. Menurutnya, penelitian itu menjadi awal upaya menemukan terapi baru untuk mengatasi sistem enzim yang diproduksi bakteri P-acnes.
Ketika bakteri bergerak menurunkan fungsi kulit manusia, maka peradangan mengintai. "Mungkin itu ada kaitannya dengan penurunan sistem kekebalan tubuh. Di sinilah bedanya bahwa sistem kekebalan tubuh tiap orang berlainan," tutur Bruggeman. Pimpinan Acne Support Group Alison Dudley mengatakan, penemuan ini menjadi langkah maju bagi generasi mendatang. "Kita tahu, jerawat bisa menggiring orang berpikir untuk bunuh diri dan depresi."
Selama ini, menurut Ketut, pengobatan yang dilakukan berlangsung selama beberapa waktu dan tak cukup hanya satu jenis. "Biasanya pengobatan jerawat dilakukan lewat obat topikal (hanya di permukaan kulit -- Red). Tapi, perlu juga dilakukan dengan obat oral Misalnya, antibiotik, vitamin A, anti hormonal bila memang masalahnya dari hormonal, dan lain-lain."
Ketut menambahkan, dalam pengobatan tersebut pasien tak sekadar mengonsumsi berbagai macam obat-obatan, tapi juga harus patuh pada pengaturan makanannya. "Mereka harus memperhatikan makanan hariannya. Jadi, mereka harus diet dengan rendah lemak, kurangi makanan yang merangsang, dan yang paling penting adalah terapi keratinisasi."
Titi juga mengatakan, pola hidup sehat pun perlu dilakukan oleh mereka yang mengalami jerawat yang cukup parah. Selain makanan, kebiasaan menjaga kebersihan kulit perlu dilakukan. Tidur yang cukup pun menjadi salah satu kunci pencegahan timbulnya jerawat.
sumber http://freedom-borneo.blogspot.com/search/label/Kesehatan
No comments:
Post a Comment